Darimanakah hal bijak itu berasal? Bagaimanakah awal mulanya?
Terjadi perdebatan dalam diri ini dan kembali memunculkan pertanyaan yang sebenarnya telah berulang-ulang muncul di dalam pikiran ini. Bagaimana bisa-bisanya diri ini dapat menolong individu lain menyelesaikan masalah yang mereka punya sedangkan diri sendiri bingung tidak tahu harus melangkah kemana dan seperti apa.
Begitu mudahnya, memikirkan masalah individu lain dan mudahnya menemukan jalan keluar lalu rapuhnya untuk menghadapi diri sendiri.
Tuhan, bagaimana ini menolong diri sendiri begitu rapuhnya… tetapi begitu pintarnya untuk yang lain.
Apakah diri ini layak untuk seperti itu.
Begitu menyedihkan bahkan mungkin sangat menyedihkan, hanya dapat merenung dan menutup diri bagaikan tidak ada satupun kesedihan.
Menahanya di dalam diri, tersenyum membuat benteng... hohooo.. sangat menggelikan terlalu konyol rasanya.
Sok tahu untuk persoalan yang bila berhadapan pun tak dapat memaknainya.
Lalu siapa yang akan bersikap sebaliknya untuk diri ini, adakah atau memang tak diadakan untuk diri ini?
Baru beberapa jam yang lalu memberikan kata-kata bagaikan gadis bijak yang bisa mengerti dan memaknai persoalan dengan pikiran cerdas, tapi kini menahan air mata sendiri menggerakan jari mencari ketenangan dengan tulisan dan asap yang tersembunyi.
Ya, asap yang tersembunyi bagaikan pemabakaran masalah yang ingin diterbangkan sejauh-jauhnya. Sugesti yang salah sebenarnya. Diri ini benci asap itu tapi ia teman dikala sendiri, mama pun tahu itu.
Mulai mengerti ku melihat semua hitam ini, spertinya mungkin ini memang jalan yang ada untukku tapi masih ragu ku untuk terus menjejakinya.
Rinduku akan ia yang entah sekarang apa isi kepalanya, rinduku akan nafas yang kucari.
Tidak akan ada yang terganti dan menggantikan. Semua akan mengisi tempatnya masing-masing. Mungkin ini juga bagian dari diri ku yang bijak.. yah mungkin, entahlah.
Kembali pada diri sendiri, seperti inilah seharusnya aku, pikiranku dan hatiku.
Begini memang adaku.
Sebersit harapan memang masih ada tapi biarlah, aku harus mampu melewati semua.
Tidak semudah mereka yang mempercayakan ceritanya padaku. Diri ini hanya bisa terdiam berpikir sendiri dan menikmati kenangan dan cerita sendiri, benar-benar hanya didalam pikiranku sendiri. Berdialog antarku.
Bukan tak ingin diri ini membaginya tetapi tidak adanya teman berbagi bahkan sekalipun ia yang pernah merasakn hal yang sama, ia telah berlalu.
Huhu tragis, sepi sendiri dan lalu menyepi. Aku.
05-04-2008